Pada Mu, bukan yang lain

Rabb..

Engkau Tuhan yang menciptakan ku

Darahku

Nadiku

Nafasku

Ruhku

Sel-sel dalam diriku

Juga hati,

Yang Kekasih Mu sebut “jika segumpal daging itu baik, maka baik juga seluruhnya”

Aku, hanya bercerita pada Mu

Pemilik daging ini

Bukan pada makhluk-makhluk lain,

Yang dagingnya juga dari Mu

Bening ini,

Kau juga sudah tau

Jadi tak perlu aku sebutkan alasan tiap tetesnya

Aku bukan sahabiyah yang dihidup sezaman dengan istri utusan Mu

Aku bukan istri yang tersenyum karena ditinggal syahid suaminya

Aku hidup dengan rongrongan setan

Aku hidup dengan fitnah dan ketakutan

Aku hanya..

Hamba yang hidup dan meminta segalanya hanya kepada Mu

Bukan yang lain

Kepada Mu,

Pemilik kerajaan

Pemilik bathin ini

Malaikat Tadi Malam

Malam tadi

Aku bertemu malaikat

Matanya jeli

Tulus

Ia tak sendiri

Ada yang membersamainya

Malaikat juga

Kali ini

Teduh

Aku tersenyum

Lebar

Mereka juga

Sesekali menyapa hangat

Lalu tersenyum kembali

Malam itu bathin ini berwudhu

Segar

Malam itu danau ini menjelma samudra

Luas

Malam itu hati ini menjadi balon

Ringan dan terbang

Bebas 

Sederhana hari ini

Hari ini aku menapaki bangku taman

Mencium tanah sore

Seperti dulu

Disampingnya, pohon cheri masih wangi

Menjatuhkan buahnya

Dengan keridhaan

Rantingnya anggun

Mempersilakan cahanya masuk disela-selanya

Ditambah suara angin

Membuat bayang harmoni

Indah

Sederhanyanya hari ini

Sederhananya kebahagiaan

Cukup diam,

Dan rasakan tangan Tuhan

Dandelion

Dandelion,

Aku ingin sepertimu,

Hidup sederhana

Bersama

Dipadang lapang

Bersahabat dengan angin

Atau anak yang menatapmu,

Tulus

Menyerap panas yang sama

Menghirup dingin bersama

Pagi mu indah

Merasakan bening embun

Partikelmu bebas

Ringan

Dandelion,

Aku ingin sepertimu,

Yang terbangnya diridhoi

Berselimut

hari ini

aku ingin berselimut

merasakan serat putih yang lembut

tenang

tak ada merah

tak ada hitam

tak ada panas

tak ada yang menusuk

yang ada hanya,

tulus sampai sudut hati

bening sampai lipatan jiwa

dan kedamaian

Beton

Entah siapa yang membangun beton itu

Aku?

Atau kau?

Atau memang sudah ada sejak zaman purba?

Pisau itu sih,

Mengarah ke arah ku

Bukan cuma satu

Tapi lebih

Entah sampai kapan aku bergerak

Tapi yang ku tahu,

Pilihanku adalah..

Bertahan

Atau

Mengalah

Hujan kapanpun aku mau

Jika boleh,

aku mau membawa hujan dalam botol

dan akan aku buka untuk deras kapan pun aku mau

saat malam

saat pagi

saat senja

saat menjelang mimpi

dan saat terbangun

indah sepertinya

jadi, tak usah ku menunggu hujan turun

aku bisa membukanya,

kapanpun aku mau